Copyright © SSA
Design by Dzignine
Minggu, 18 Oktober 2015

16.16


"16.16"

   Seketika aku menoreh jemariku dan menghitung urutan abjad. Sebuah permainan kecil. Mereka bilang ketika kamu menemukan jam kembar, itu adalah huruf depan orang yang sedang merindukanmu. Semoga saja benar. Nama yang sama disela sela doaku.
   Sering aku bertanya. Apakah dia juga sering menemukan 01.01 "ah mana mungkin, dia pasti sudah tertidur". Pantas saja kau tak pernah tahu betapa rindunya aku padamu.
    3 tahun. "Happy failed anniversary".  senyuman salah seorang sahabat melenggang bebas didepanku. Akupun hanya tertawa. Awalnya sakit untuk di dengar, namun mungkin karena waktu, aku sudah biasa. Sama seperti hati ini, otak ini, jiwa ini, tubuh ini. Apakah kamu juga pernah merasakan rindu yang sangat mendalam ketika kamu tak bisa melakukan apa apa, rasa cemburu ketika kamu bukan siapa siapa, mengubur dalam dalam rasa ingin menghubungimu karena itu takkan mengubah apapun.
    Ingin kusentuh helaian rambutmu, membelaimu indah, namun melihatmu saja aku tak sanggup. Menatapmu diberbagai sosial media yang kamu miliki untuk mengobati sepercik rasa rindu dan berargumen bahagiamu saja sudah cukup bagiku.  itu adalah kebohongan indahku.
    "Mungkin aku sudah terbiasa"
Terluka, rindu, sendiri sudah tak pernah kurasakan. Ketika kulihat mereka yang menggebu gebu ingin bertemu dengan pasangannya. Mereka yang mengeluh karena lama tak berjumpa. Mereka yang bercerita tentang bagaimana pasangannya bersikap. Berbagai untaian kata manis. Serasa aku bernostalgia. Dulu aku iri pada mereka yang masih bisa merasakannya. Kini aku hanya berkata dalam hati "indahnya orang jatuh cinta".
    Aku lupa bagaimana kita berpesan, aku lupa bagaimana rasanya terkejut, atau bahkan bagaimana senangnya melihat senyuman seseorang yang kusuka. Aku lupa bagaimana aku jatuh cinta. Bukan berarti aku tak berhubungan dengan pria sekalipun. Tetap saja berbeda. Kamu dan semua orang di dunia ini berbeda.
    Sering pula aku bertanya. Apa yang membuatku suka padamu sampai hari ini. Bagaimana pertama kalinya aku mulai tertarik padamu. Akupun tak pernah menemukan jawaban pasti. Mungkin itulah mengapa aku tak pernah menemukan hati yang lain. Hatiku memilihmu tanpa alasan dan mungkin karena itulah hatiku tak memiliki alasan untuk berhenti memilihmu.
    Sungguh beruntung mereka yang ada didekatmu. Dapat melihat senyummu selalu. Apakah mereka  bersyukur sebersyukur aku  jika aku dapat melihat senyummu?
   Kamu yang kinipun berbeda. Mungkin aku bisa menyebutmu pria sekarang. Meski bukan kamu bila tanpa tingkah bodoh itu. Tingkahmu tak sedingin dulu, kamu yang sekarang benar benar membuatku ingin egois dengan menyimpanmu sendiri untukku. Terkadang aku merasa tak pantas untukmu. Wajar bukan bagi seorang wanita untuk terus merasa kurang dihadapan orang yang disukainya? Sama seperti wanita lain. Kamu adalah alasanku untuk berubah. Dan tak kusangka itu adalah kebodohanku. Sungguh konyol, namun harus aku akui. Tanpa kamu aku bukan apa apa. Seperti berjalan di tengah kegelapan.
   Akupun terus bertanya dalam hatiku, sampai kapan aku akan terus begini?

    Kamu adalah motivasiku dalam menggapai semua yang kumiliki saat ini. Apakah kamu percaya bila aku mengatakannya jujur padamu? Mungkin kamu hanya tersenyum. Tak salah bila kamu sekarang sudah menggandeng wanita lain. Kamu begitu mudah untuk menggait wanita yang lebih baik dariku. Tak sepertiku yang kini hambar akan rasa cinta. Seolah aku tak pernah menginginkannya. Apakah benar selama ini yang aku inginkan hanya kamu?
    Terkadang aku berfikir, mungkin aku wanita terbodoh didunia ini. Menghabiskan masa remajaku untuk menantimu. Bukankah ini adalah saat bagiku untuk menikmati nakalnya sma? Tetapi nyatanya hanya kuisi dengan penantian. Alasan bodoh yang selalu menggelitik bagiku. Dengan aku menantinya maka aku bisa menahan diri dari pacaran dan fokus untuk belajar. Terkadang aku memikirkan betapa bodohnya alasan yang kubuat, seolah mengambil sisi positif dari penantianku. Namun apakah alasan itu nyata atau hanya wacana?
    Sejujurnya aku juga ingin seperti mereka, aku penasaran bagaimana wajahku di depan orang yang kusuka. Bagaimana senyumku bersemi di depan orang yang kucinta. Akupun juga ingin jatuh cinta.
    Sering aku berfikir untuk berhenti memilihmu. Behenti memikirkanmu. Semua bayangmu kubuang jauh jauh. Namun sampai hari ini, hanya namamu yang dapat membuat hatiku bergejolak.
    Mungkin memang aku adalah wanita terbodoh. Mungkin teman temanmu menyebutku sampah. Aku penasaran bagaimana kamu melihatku, sampah ataukan orang berharga dari masa lalumu. Aku ragu kamu akan melihatku sama seperti aku melihatmu sebagai pria di masa depanku. Mungkin kamu sedang tertawa ketika membaca ini. Pengakuan kebodohanku, akupun merasa sedikit tergelitik dan sedikit beban di hati.
    Aku yang membuangmu, dan aku yang berjuang dari semua ini. Namun kita pernah membicarakannya dulu. Masa lalu kita sudah bukan masalah bagiku.
Mungkin kita sudah tidak bisa bersama. Mungkin kamu sudah bersama yang lain. Mungkin memang aku harus mengakhirinya sampai sini. Meski seribu kata lelah telah terucap dari mulutku, nyatanya aku masih berdiri di sini.

    Aku ingin tahu apa jawabanmu ketika aku bertanya,
    Haruskah aku memperjuangkanmu dan kita akan merakitnya dari bawah atau, aku harusnya berhenti saja?

    bila kau memilih untuk berhenti, mungkinkah aku akan benar benar bisa berhenti memilihmu? Dan jatuh hati pada pria lain?

    Aku ingin mendengar ceritamu 3 tahun ini. Meski membuatku sakit, izinkan aku untuk mendengarnya sekali saja.

Bodoh sekali permintaanku, bukankah kita tak bisa bertemu?

    Setidaknya kamu mengajarkanku bagaimana yang disebut dengan setia.

0 komentar: