Copyright © SSA
Design by Dzignine
Kamis, 11 Juli 2013

Masih Menunggu (cerpen)


                  Apa yang istimewa dari tempat itu? …
                Scene kota Hyogo (Jepang) ? … bukan
                Taman bunga dibelakangku? … bukan, aku seorang lelaki
                ini pohon cherry yang rindang? … mungkin, tapi bukan karena itu
                Kenangan dengan kekasih ? … hey, aku tak punya kekasih
                Atau karena sekolah megah disampingku itu? … … bukan juga
                Tak ada yang istimewa  … tapi aku senang berada disini … dibawah pohon chery ini … walau aku sendiri … aku tetap merasa … bahagia …
                Jarak rumahku yang cukup jauh tak mencegahku tuk tetap kembali. Jam pulangku yang lebih pagi memberiku waktu luang tuk melepas kejenuhanku disini, melihatmu dicendela sekolah itu. Walau dari kejauhan … kau tetap terlihat cantik. Aku bahkan tak mengenalmu, tapi hatiku terus memintaku tuk kembali. Dan kau sadari itu. Sesekali kau membalas tatapanku, dan lalu berpaling. Akupun menyadari senyumanmu melukis disana.
                Suatu hari kita bertemu. Tuk pertama kalinya aku bisa melihatmu begitu dekat. Seolah senyum kecilmu itu menyadarkanku … aku tak pernah salah tuk memilihmu. Kita saling mengenal dan berbagi tawa, hingga seorang lelaki datang dengan ramahnya dan menyapaku. Kupikir ia mengijinkanku tuk mengenalmu lebih dekat … tapi aku salah. Ketika ia membawamu pergi dari hadapanku, ia menatapku begitu tajam seolah ia membenciku. Ku sadar … ia ingin aku menjauh darimu. Melihatnya menggenggam tanganmu cukup tuk sekedar meretakkan bagian dari hatiku. Tapi aku sadar aku siapa?. Bahkan kau bahagia berada disampingnya.
                Salahkah bila ku mencintaimu? Aku bahkan takkan merenggutmu darinya …
                Malam itu aku kembali, bukan untuk menatapmu di cendela itu … kau bahkan tak berada disana. Sekali lagi aku bertanya … “salahkah bila kumencintaimu?”. Bintang berhamburan diangkasa … sesekali kunang kunang terbang remang remang seolah olah ia adalah bintang yang jatuh mendekatiku.
                Tadinya aku merasa sendiri, namun tidak lagi setelah aku menyadari sepasang kekasih di bangku taman itu. Wajahnya seolah tak asing bagiku. Ia menyadari aku sedang mengamatinya dan menoleh padaku. Ya, aku tak mengenalnya … tapi aku tahu ia siapa …
                Kucoba tuk menceritakannya padamu, kau bilang … “dia tak seperti itu” … mengapa kau berbalik marah padaku?. Ya, aku berbohong tuk mengaku aku salah dan kata maaf palsu itu. Aku takkan memaafkan diriku sendiri bila membuat selaput bening itu terhempas menjadi tetesan kristal bening. Kuraih tanganmu dan menjatuhkanmu dalam pelukanku. Sekali lagi sebuah kata maaf palsu itu terlontar dari mulutku. Mungkin aku tak bisa membuatmu menyadari kenyataan, tapi setidaknya aku bisa membuatmu merasakan ketenangan.
                Setelah hari itu, sulit bagiku tuk menemukanmu. Bahkan di balik cendela itu bukan sosokmu lagi. Sebesar itukah kesalahanku hingga kau membuat sekat diantara kita? Salahkah aku bila mengatakan kenyataan padamu?
                Terkadang aku menangkapimu bersamanya dikeramaian. Bagaimana bisa ia melakukan itu padamu. Dengan senyum palsunya ia menyentuh rambut dan pipimu. Namun dalam dirinya, ia memikirkan wanita lain,  bagaimana bisa hatinya terbelah tuk banyak wanita dalam satu saat. Benarkah ia mencintaimu?. Ia menyadari aku disana dan lalu membawamu pergi ketempat yang tak tergapai oleh pandanganku. Mengapa? Ia takut aku menghancurkan kencan kalian? Aku takkan melakukan itu … aku bukan orang seperti itu. Mungkin aku akan membiarkan orang yang kucintai berbahagia diatas air mataku.
                Tuk kesekian kalinya, aku mendapati kekasihmu itu bersama kekasihnya yang lain. Aku selalu ingin menceritakannya padamu, tapi aku tahu. Aku hanya akan mengundang tangismu. Bahkan kau lebih memilihnya dari pada kenyataan. Kau tak pernah mengerti apa yang ia lakukan dibelakangmu, atau memang kau tak ingin mengerti. Aku benci ketidak tahuanmu, tapi aku hanya dapat membiarkan waktu mengalir apa adanya…
                Disuatu malam yang sunyi, seolah olah aku melihatmu di ayunan taman kota. Kuberanikan diriku tuk mendekat dan itu memang dirimu. Kau coba tuk menyembunyikan wajahmu yang sayup itu. Kau pernah melakukan hal yang sama untuk alasan yang sama. Lelaki itu …
Namun kali ini … aku mencoba menenangkanmu. Izinkan aku mengusap air matamu, namun kau menghempasnya. Kau bilang … “aku baik baik saja, pergilah …”. Aku menyadari arti ucapanmu itu.
“ mengapa kau berbohong? Air mata takkan mengubah apapun …” kau berhenti menyembunykan wajahmu dan kembali menatapku.
“mengapa kau buang air matamu tuk lelaki sepertinya? Sampai kapan kau akan menangis seperti orang bodoh?”
Kau bangkit dan mengucapkan kata yang selalu kudengar dari pembela’anmu …
“ia tak seperti itu …”
Kali ini sulit tuk mengulangi kebohonganku, kurasa sudah cukup kau tersakiti. Sampai kapan ia akan membuang cinta yang kau berikan dengan tulus?
“lalu untuk apa kau menangis? Bila ia memang baik untukmu … mengapa ia tega membuatmu menangis tuk berulang kali? mengapa ia mau membuat orang yang ia cintai menangis?”
Kau terdiam tuk sesaat, menatapku dan lalu merunduk …
“cinta itu buta …”
Kali ini aku tahu, sesungguhnya kau menyadari kenyataan … namun mengapa kau terus mengabaikannya? Mengapa harus diteruskan bila tak membuatmu bahagia?. Ya … aku tahu cinta itu buta, dan kau terbutakan oleh cinta yang bahkan tak kau milikki. Aku tak tahu harus bagaimana … bahkan sayangku tak cukup tuk menggantikannya. Aku meraihmu dan mencoba menenangkanmu dalam pelukanku.
“kau tahu ia bukan lelaki terakhir dimuka bumi ini …”
Ia menatap mataku dan mengatakannya perlahan … “tapi aku tak bisa meninggalkannya”
“kamu takkan mengerti apa yang akan terjadi sebelum kamu mencoba, semua butuh waktu”
Aku tahu aku berhasil membuatmu lebih tenang dengan sepetik senyum kecil yang sudah lama kurindu itu.
Sehari setelah itu, kudapati kau sendiri dibawah pohon chery. Bukankah seharusnya kau bersama kekasihmu itu …?. Namun aku takkan bertanya sebelum kau cerita, dan pada akhirnya … kau mengatakannya …
“hubungan kami sudah berakhir …”
Sepetik kata itu mengundang kedamaian dihatiku. Ku tahu  pada saat yang tepat, kau akan menyadarinya …
Hari itu telah lama berlalu, dan hingga hari ini kita masih tetap bersama walau hubungan kita sebatas teman. Ku tak pernah mengungkapkan perasaan itu hingga kini. Karena ku tahu. Walau aku selalu ada disampingmu, mendengarkan setiap ceritamu dengan baik walau terkadang hatiku terluka dan kau tak menyadarinya. Tetap bukan namaku yang ada dihatimu. Lelaki itu sudah menghilang dari kehidupanmu, namun masih mendiami hatimu …
Bahkan kau masih mencintainya ketika ia tak mengingatmu …
Sesekali kau bercerita tentang sosoknya kini dan kau terlihat bahagia. Tidakkah ada sesuatu yang mengganjal dihatimu tentangnya dimasa lalu. Mengapa masa lalu yang kelam terasa begitu indah bagimu. Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?. Ingin sekali ku mengatakan “tolong berhentilah bercerita tentangnya …”. Namun selalu kubungkam keinginanku itu. Kuhanya tersenyum dan mendengarkannya dengan baik, walau hatiku meronta kesakitan.
Mungkin kau butuh waktu untuk melupakan sosoknya yang begitu kau cintai dimasa lalu. tidakkah kau sadari perasaaku? Atau kau memang berpura-pura tak peduli? Aku masih disampingmu, dan selalu disampingmu. Walau aku tak pernah tahu sampai kapan hatiku sanggup bertahan.
Aku masih disini … disampingmu … bahkan ketika kau lebih memilih tuk mencintai lelaki lain. Apakah aku juga terbutakan oleh cintamu? Apakah aku telah melakukan suatu hal yang gila tuk mendapatkanmu? Tidak. Aku hanya mencoba tuk bertahan, mungkin semua butuh waktu, waktu bagimu tuk menyadari perasaanku, tapi sampai kapan? Apakah selama ini kau menganggapku sekedar teman? Mengapa kau selalu bungkam?
Seseorang pernah mengatakan padaku. Bintang yang paling terang adalah bintang yang paling cepat mati …
Kau bagaikan bintang dimataku, yang paling terang bagiku. Namun kapan cintaku akan mati?
Mengapa cintaku tetap ada bila ku tak pernah tercipta tuk memilikinya?
Haruskah aku menunggu … *lagi?

1 komentar:

Unknown says:
at: Jumat, 12 Juli 2013 pukul 21.06.00 PDT mengatakan...

gilaaa, bagus an :D
buat.o lagi yaaa :D